Pengelolan sumberdaya tuna yang efektif serta memenimalkan dampak negatif kegiatan penangkapan tuna terhadap lingkungan telah menjadi standar baru untuk dapat diterima dipasar global. Dalam Buku Tuna Wars karya Steven Adolf tahun 2019, standar “keberlanjutan” oleh pasar tersebut melalui pemberian label pro lingkugan (eco-label) dalam setiap kemasan produk tuna .
Keterlambatan kehadiran Organisasi Pangan Dunia FAO dan pemerintah terhadap sertifikat produk berstandar lingkungan membuat banyak organisasi non pemerintah yang menerbitkan sertifikasi sejenis untuk produk seafood, termasuk tuna. Diantaranya, Marine Steward Council (MSC) Label, Dolphin Safe Labels, Friend of the Sea Label, FAD free labels, Pole and Line Labels dan British Retail Consortium (BRC) Labels .
Selain pemberian serifikat atau label, beberapa organisasi industri perikanan juga meng-klaim bahwa anggota mereka telah memenuhi standar pengelolaan perikanan berkelanjutan. Salah satunya adalah International Seafood Sustainability Foundation (ISSF) yang anggotanya memiliki kapasitas 75 % industri tuna kaleng global .
Siapa yang mengawasi kredebilitas sertifikat atau label lingkungan tersebut ? .
Sampai saat ini tidak satupun organisasi internasional yang disepakati untuk melakukan audit sertifikat atau label lingkungan tersebut. Namun demikian, Steven Adolf mengingatkan bahwa sertifikasi atau label melalui isu-isu keberlanjutan telah menjadi “mantra baru” dalam perdagangan tuna global pada awal milenium ketiga ini. Untuk itu, sudah menjadi keharusan bagi industri tuna untuk memiliki sertifikat atau label eco-label pada setiap produknya .