Saya dengar ukuran tuna luar biasa besar, satu ekor beratnya lebih dari 800 pound
- Gaius Plinius Secundus (23 - 79 M), Penulis dan Komandan Perang Romawi

Tuna menjadi bagian penting dalam sejarah romawi. Selama perang,  olahan tuna asap sebagai  bekal ransum bagi pasukan dibaris terdepan. Begitu juga saat perang dunia diawal abad ke 19, tuna kaleng berjasa menyediakan kebutuhan protein bagi pasukan di medan perang. Jadi tidak heran, tuna diperebutkan oleh banyak bangsa sejak ribuan tahun yang lalu.

Food Agricultural Organization (FAO) mencatat sekitar 7 juta ton tuna dan spesies seperti tuna (tuna like species) ditangkap setiap tahunnya. Nilai ekonominya mencapai US $ 18 Miliar per tahun serta berkontribusi sekitar 16 % dari nilai total produksi perikanan tangkap global.

Kebutuhan tuna juga terus meningkat setiap tahunnya, analisa pasar yang dilakukan oleh www.globenewswire.com, pada tahun 2022 nilai perdagangan tuna telah mencapai 42,63 miliar atau setara Rp. 639,4 Triliun. Tingginya permintaan tersebut antara lain disebabkan oleh kebutuhan pangan yang semakin meningkat , perubahan gaya hidup untuk mengkosumsi makanan yang sehat seperti tuna, serta tuna dalam kemasan kaleng termasuk dapat bertahan lebih lama.

Namun demikian, stock tuna di beberapa perairan telah menunjukan terjadinya overfishing akibat tingginya intesitas penangkapan dalam beberapa dekade terakhir. Sebagai jenis ikan yang bermigrasi jauh dan lintas batas banyak negara maka kerjasama internasional dalam pengelolaan tuna melalui Organisasi Pengelolaan Perikanan Regional terus dilakukan. Melalui kerjasama ini, diharapkan pengelolaan tuna dapat terus berkelanjutan dan memberikan manfaat ekonomi bagi umat manusia.

Dimana Tuna Hidup ?

Tuna merupakan kelompok ikan pelagis yang sepanjang hidupnya berada di permukaan perairan tropis, subtropis hingga beriklim sedang. Sebaran per spesies dan tingkat kedewasaan dapat dikelompokan berdasarkan horizontal dan veritikal perairan, yakni :

Berdasarkan horizontal sebaran spesies tuna dikelompokan menjadi 3 (tiga) yakni perairan pantai : Thunnus tonggol ; mid ocean : Yellowfin tuna, Bigeye tuna dan Swordfish;  Serta dikedua perairan tersebut yakni : Skipjack tuna, Pacific Bluefin tuna, Atlantic bluefin tuna, Southern bluefin tuna dan Auxis spp.

Berdasarkan vertical, sebaran tuna dipengaruhi oleh suhu dan struktur oksigen kolom air. Juvenile dan baby tuna hidup berkembang dipermukaan perairan dan saat dewasa tumbuh diperairan dalam. Berdasarkan zona kedalaman perairan dari jangkauan cahaya matahari dikolom perairan, sebaran tuna dapat dikelompokan menjadi

1). Epipelagic tuna, zona yang dapat diterangi oleh sinar matahari dengan kedalaman hingga 200 m yakni dari spesies skipjack tuna dan bonitos, kelompok juvenile atau baby tuna dan billfishes.

2). Mesopelagic tuna, zona yang sebagian kecil dapat cahaya matahari dengan kedalaman 200 -1.000 m sehingga dikenal dengan twilight zone. Pada zona ini terdapat tuna dewasa dari spesies Albacore, Bigeye dan Bluefin tuna.

3). Pada kedua Zona Epipelagic dan mesopelagic yakni : yellowfin tuna dan swordfish.

Berdasarkan tingkat kedewasaanjuvenile dan baby tuna sering ditemukan berasosiasi dengan jenis tuna kecil seperti skipjack atau bonito. Sedangkan tuna dewasa tersebar berkelompok dalam beberapa individu, dalam memburu mangsanya beberapa tuna membentuk pola parabola dalam mengelilingi mangsanya.

Jepretan Layar 2024-01-02 pukul 10.30.14

Sebaran Harizontal Tuna Tropis dan Sub Tropis. Sumber FAO

Jepretan Layar 2024-01-02 pukul 10.17.48

Sebaran Vertikal Tuna Tropis. Sumber FAO

Tuna bermigrasi untuk berburu mangsa dan berproduksi. Tuna yang hidup di iklim sedang (temperate tunas) seperti Albacore, Atlantic bluefin tuna dan Pacific bluefin tuna bermigrasi dengan jarak yang jauh antara perairan samudera. Misalnya Southern Bluefin Tuna yang bermigrasi antara selatan Samudera Atlantic, Samudera Hindia dan Samudera Pasifik. Sedangkan daerah pemijahan (spawning ground) berada di perairan tropis, yakni selatan pulau jawa.

Tuna-tuna tropis seperti Yellowfin tuna dan Skipjack tuna bermigrasi terbatas di perairan tropis, sedangkan Bigeye Tuna bermigrasi antara perairan subtropis sebagai tempat mencari makan dan tropis sebagai tempat pemijahan.

Apa Saja Spesies Tuna ?

Secara keseluruhan terdapat 14 jenis tuna, dimana 7 jenis merupakan "principal market tuna" atau diperdagangkan hingga 80 % dari tangkapan global. Ke - 7 spesies  tuna tersebut yakni :

1. Bluefin tuna, terdiri dari 2 sub spesies yakni Pacific bluefin tuna (Thunnus thynnus) dan Atlantic bluefin tuna (Thunnus orientalis), kedua jenis tersebut di Jepang dikenal dengan nama “honmaguro” dan merupakan top-class tuna. Tangkapan tuna terbaik untuk sashimi adalah pada saat musim dingin dimana lemak menumpuk dibagian perut. Jenis tuna ini merupakan terbesar dari semua jenis tuna, panjang tubuh dapat mencapai 4 meter dengan berat hingga 600 kg. Jenis tuna ini bermigrasi jarak jauh dan berenang dengan kecepatan hingga 80 hingga 90 km/jam.

Pacific bluefin tuna (Thunnus thynnus). Sumber : https://www.iss-foundation.org/

Atlantic bluefin tuna (Thunnus orientalis) https://www.iss-foundation.org/

2. Southern bluefin tuna (Thunnus maccoyii). Di Jepang disebut “Indo maguro” dan utamanya dijadikan sashimi dengan grade tinggi. Panjang tubuh dapat mencapai 2 meter dengan berat hingga 150 kg, ukuran terbesar kedua setelah Bluefin tuna. Pada tahun 1980 Southern bluefin tuna berstatus overfishing dan masuk dalam Red List of the International Union for Conservation of Nature and Natural Resources (IUCN). Namun pengelolaan yang baik oleh Commission for the Conservation of Southern Bluefin Tuna (CCSBT) status stock Southern bluefin tuna telah dinyatakan pulih.

Southern bluefin tuna (Thunnus maccoyii) https://www.iss-foundation.org/

3. Bigeye Tuna (Thunnus obesus) di Indonesia dikenal dengan tuna mata besar .Tuna ini tersebar di perairan tropis dan subtropis, hidup pada kedalaman hingga 250 meter atau pada lapisan termoklin. kepala dan mata relatif besar dibading ukuran tubuhnya, beberapa ikan mencapai berat 200 kg namun rata-rata berat yang tertangkap 100 kg dengan panjang sekitar 1 meter. Secara global jumlah yang tertangkap terbesar kedua setelah Yellowfin tuna, tangkapan Bigeye tuna sebagian besar digunakan untuk sashimi.

Bigeye Tuna (Thunnus obesus)https://www.iss-foundation.org/

4. Yellowfin tuna (Thunnus albacares) di Indonesia dikenal Madidihang. Panjang bodi dapat mencapai 2 meter dan berat sekitar 200 kg, umumnya tersebesar dilaut tropis dan subtropis. Sekitar 90 % ditangkap dengan alat tangkap purse seine. Sebagian besar dikalengkan, namun dengan berkembangnya teknologi pembekuaan ikan, saat ini Yellowfin tuna juga digunakan untuk sashimi dan sushi.

Yellowfin tuna (Thunnus albacares) https://www.iss-foundation.org/

5. Albacore tuna (Thunnus alalunga) adalah tuna ukuran kecil dengan panjang sekitar 1 meter dan sirip dada cukup panjang hingga mencapai belakang sirip punggung. Albacore tuna tersebar diseluruh peraiaran tropis dan subtropis dan hidup dibawah lapisan termoklin dengan suhu berkisar antara 17-21 derajat. Daging Albacore berwarna merah mudah yang sebagian besar diolah dalam bentuk tuna kaleng. Di pasar tuna Albacore tuna dikenal juga dengan istilah sea chicken atau daging putih (white meat).

Albacore tuna (Thunnus alalunga)

Albacore tuna (Thunnus alalunga) https://www.iss-foundation.org/

6. Skipjack tuna (Katsuwanus pelamis) di Indonesia dikenal dengan ikan cakalang. Panjang tubuh maksimal mencapai 1,10 meter dengan berat mencapai 30 kg . Skipjack tuna merupakan tuna yang popular dikosumsi yang diolah dalam bentuk ikan kaleng, ikan kering atau ikan asap. Di Jepang Skipjack tuna diproses menjadi katsuobushi dan bahan utama untuk dashi (kaldu ikan).

Skipjack tuna (Katsuwanus pelamis) https://www.iss-foundation.org/

Bagaimana Metode Penangkapan?

Tuna yang umumnya ditangkap dengan menggunakan longline, pole and line, dan purse seine. Penggunaan alat tangkap akan menentukan produk tuna yang dihasilkan. Seperti longline dan pole and line baik untuk produk segar seperti sashimi, sedangkan purse seine untuk produk tuna kaleng.

1. Purse seine (pukat cincin) Berbentuk hampir segi empat hingga trapesium yang terbentuk dari sejumlah gabungan lembaran webbing yang dipasangkan pada tali pelampung dan tali pemberat dan sejumlah cincin (purse ring). Pukat cincin merupakan jaring yang sangat lebar yang melingkari atau mengurung sekumpulan (schooling) ikan terutama cakalang. Beberapa tempat, purse seine juga dilengkapi dengan alat bantu penangkapan ikan berupa rumpon.

Purse seine (pukat cincin). Sumber : Seafish 2021

2. Longline (rawai) Satu unit long line yang terdiri sejumlah main line yang dipasang di perairan permukaan (surface) atau perairan pertengahan (mid water). Kedalaman long line diatur oleh panjang tali pelampung (float line). Penempatan alat penangkap ikan yang termasuk dalam kelompok drift line mencakup suatu areal yang luas dengan menghanyutkannya dengan tujuan utamanya mencari ikan. Jenis tuna yang tertangkap seperti tuna mata besar dan tuna sirip kuning.

Longline (rawai). Sumber : Seafish 2021

3. Huhate (Pole and line) Huhate merupakan gabungan metode penangkapan menggunakan tali dan pancing juga untuk berburu gerombolan ikan dengan memyemprotkan air atau umpan tiruan. Pancing berjoran terdiri dari pancing dan tali diikatkan pada joran (pole). Joran terbuat dari bambu khusus dan fiberglass. Pancing menyatu dengan umpan tiruan yang bentuknya mirip dengan ikan, terdiri dari batang bulat pipa stainless diisi dengan timah diberi mata tiruan, mata pancing tidak berkait dilindungi oleh kulit ikan buntal (puffer fisa skin) atau plastik berwarna dibentuk mirip sayap, dan bulu burung atau serpihan serat plastik.

Huhate (Pole and line)Sumber : Seafish 2021

4. Troling (Tonda) Tonda terdiri dari tali dan pancing berumpan buatan (lure) yang dioperasikan dengan menggunakan kapal. Umpan buatan ada yang terbuat dari bahan yang sangat sederhana (serpihan tali rapiah atau plastik bewarna) hingga modern (buatan pabrik). Umpan modern umumnya digunakan pada pancing tonda untuk sport fishing.

Troling (Tonda) Sumber : Seafish 2021

5. Pancing Ulur (handline) Pancing ulur terdiri dari tali, pancing dan penggulung tali dan joran. Alat ini dapat dioperasikan siang maupun malam, dari daratan atau kapal. Vertical lines merupakan salah satu tipe dari pancing ulur. Alat ini terdiri dari tali utama (main line) yang dipasangi pemberat dan satu pancing atau lebih. Pancing dipasang pada tali cabang (branch line) yang diikatkan pada tali utama pada jarak tertentu. Umpan yang digunakan ada umpan segar atau umpan tiruan dan pancingnya sendiri sudah membentuk umpan, bahkan ada yang pancing tanpa umpan.

Bagaimana Sistem Pengelolaannya ?

Sebagai ikan yang bermigrasi jauh yang melintasi Zona Ekonomi Ekslusif (ZEE) banyak negara serta sebagian siklus hidupnya berada di laut lepas, maka pengelolaan ikan tuna diatur melalui regulasi internasional yakni United Nations Conventions on Law of The Sea (UNCLOS) 1982 dan United Nations of Fish Stock Agrrement (UNFSA) 1995.

Pada Pasal 116 -118 UNCLOS 1982 dinyatkan bahwa semua negara mempunyai kewajiban untuk mengambil tindakan atau kerjasama dengan negara lain dalam mengambil tindakan untuk upaya konservasi sumberdaya hayati di laut lepas dan berkerjasama untuk menetapkan organisasi perikanan sub regional atau regional.

Selanjutnya dipertegas pada Pasal 8 UNFSA 1995 bahwa negara-negara pantai dan negara-negara yang melakukan penangkapan ikan di laut lepas harus berkerjasama dalam mengelola sumberdaya ikan di laut lepas melalui organisasi atau pengaturan pengelolaan perikanan sub regional atau regional atau yang dikenal dengan nama Regional Fisheries Management Organization (RFMO).

RFMOs memiliki kewenangan dan tanggung jawab dalam mengatur konservasi dan pengelolaan sumberdaya ikan yang bersifat shared fish stocks pada perairan tertentu yang disepakati bersama yang dapat meliputi laut lepas maupun perairan ZEE suatu negara. Dalam pelaksanaannya menurut McDorman (2005) terdapat dua aspek penting yang merupakan fokus keputusan RFMO yakni penentuan jumlah tangkapan yang diperbolehkan (JTB) dan alokasi kuota bagi setiap anggota RFMO.

Jepretan Layar 2024-01-02 pukul 15.35.53

Peta RFMO (Sumber : www.pewtrust.com)

Sampai saat ini RFMO tuna yang telah terbentuk adalah

(1) Indian Ocean Tuna Commission (IOTC) yang mengelola tuna dan spesies seperti tuna di Samudera Hindia;

(2) Commission for The Conservation of Southern Bluefin Tuna (CCSBT) yang mengelola tuna sirip biru selatan (southern bluefin tuna);

(3) Western Central Pacific Fisheries Commission (WCPFC) yang mengelola tuna dan spesies seperti tuna di Samudera Pasific Bagian Barat Tengah;

(4) Inter-American Tropical Tuna Commission (IATTC) yang mengelola tuna dan spesies seperti tuna di Samudera Pasific Bagian Timur;

(5) International Commission for the Conservation of Atlantic Tuna (ICCAT) yang mengelola tuna dan spesies seperti tuna di Samudera Atlantik.

Aktivitas Pendaratan Tuna di Indonesia

1 COMMENT

Comments are closed.