Ratusan pulau-pulau kecil yang terpisahkan selat sempit terhampar luas di Kepulauan Aru, Maluku. Disepanjang pantainya, mangrove tumbuh subur dan menjadi pelindung alami atau pemecah gelombang alami (natural barrier), mencegah abrasi dan terjadinya intrusi air laut melalui substrat-substrat yang terdapat di hutan mangrove.
Hutan mangrove seluas 156,5 ha (KLHK,2018) menjadi sumber penghidupan dan pangan alternatif bagi sebagian besar penduduk di Kepulauan Aru. Nelayan-nelayan tradisional menggunakan bubu untuk menangkap kepiting bakau (Syla serrata) yang ditempatkan sekitar hutan mangrove. Selain itu, udang dan ikan demersal juga menjadi komoditas utama yang ditangkap oleh nelayan-nelayan Kepulauan Aru.
Selain perikanan, mangrove juga telah menjadi Sumber pangan alternatif bagi masyakarat disini. Tongki atau buah mangrove Bruguiera gymnorizha diolah menjadi makan tradisonal yang dikena dengan Yongki. Sedangkan cacing tambelo (Bactronophorus thoracities) yang banyak terdapat dipohon-pohon mangrove yang membusuk diolah menjadi mankanan ringan untuk cemilan.