Sulawesi merupakan bagian dari ecoregion Wallacea bersama Kepulauan Maluku dan Nusa Tenggara. Kawasan ini menurut Alfred Russel Wallace seorang penjelajah sekaligus ahli biologi,terpisah dan terisolasi oleh lautan sehingga satwa berkembang, beradaptasi, berevolusi dan bertahan hidup tanpa pengaruh kawasan lain. Hal inilah yang membuat satwa yang hidup disini menjadi endemik dan hanya ditemukan dikawasan ini.
Salah satu satwa emdemik Sulawesi tersebut adalah Tarsius spectrum gursky. Satwa primitive dan merupakan genus satu-satunya dari famili Tarsidae yang dapat ditemukan di Cagar Alam Tatongko-Batuangus di Bitung Sulawesi Utara.
Hewan ini bersarang pada rongga-rongga pohon terutama jenis Ficus Sp dengan membuat lubang kecil dan hidup berkelompok antara 3 – 7 ekor. Dalam 1 kelompok terdiri dari Induk, anakan dan jantan dewasa.
Tarsius memilik suara melengking yang tinggi yang menjadi sistem komunikasi akustik. Suara sahut menyahut antar anggota tarsius sebagai tanda mereka sedang mencari makan.
Sebagai satwa pemakan serangga (insectivore) , tarsius memiliki fungsi penyeimbangan ekosistem dan memiliki peran penting mengendalikan populasi serangga. Namun, kerusakan lingkungan membuat populasinya terus menurun dalam beberapa dekade terakhir. Oleh karena itu, tidak salah kiranya International Union for Conservation of Nature (IUCN) memasukannya sebagai satwa kategori rentan punah.