“Tampa Menara Eiffel, Paris akan tetap ada, Tampa Sungai Seine, tidak akan pernah ada Paris”
........................
Dalam struktur Bahasa Perancis, “Sungai Seine” masuk kelompok kata feminine. Hal ini berlawanan dengan hukum bahasa baku yang berlaku disana, dimana kata benda terkait geography seperti sungai digolongkan dalam maskulin yakni “le fleuver”.
Itulah uniknya Sungai Seine. Sifatnya seperti ibu yang melayani sepenuh hati dan penuh kasih bagi keluarganya. Mungkin itu yang menjadikan Sungai Seine sebagai feminine atau “la riviere”.
Namanya sendiri diambil dari nama Dewi Kuno Squana yang merupakan sumber kesuburan dan kehidupan orang-orang sepanjang dia mengalir. Sungai sepang 777 km ini telah berjasa untuk kehidupan masyarakat yang tinggal di bantarannya.
Dia juga menjadi saksi sejarah perkembangan peradaban manusia. Mengalir dari saat pra-sejarah, Romawi kuno, invasi bangsa Viking, abad pertengahan hingga medan pertempuran selama perang dunia kedua.
Romansyah Kehidupan
Ada ritme kehidupan sepanjang aliran Sungai Seine, diatas tongkang, ponton, flatform terapung hingga bekas kapal perang.
Orang-orang diatasnya beraktivitas sehari-hari layaknya tinggal di darat. Mulai makan minum, latihan yoga, membuka usaha, membaca buku, menikmati kembang api, memancing, atau juga berdansa.
Sungai Seine juga mengalirkan inspirasi bagi banyak seninman. Banyak maha karya sastra lahir di sini dari lukisan, desain grafis, patung, puisi, lagu, film dan seni pertunjukan.
Perahu-Perahu di Atas Sungai Seine Yang Juga Dijadikan Sebagai Tempat Tinggal
Pelukis jalanan.Pada abad ke 19. Paris menjadi pusat seni dunia. Berbagai seniman terkenal mengawali karir dari ibu kota Perancis ini. Sungai Seine dan bangunan sejarah disekitarnya menjadi inspirasi, mulai dari taman, jembatan, museum, istana hingga kantor pemerintahan
Saksi Sejarah
Dibantaran Sungai Seine berdiri hotel, rumah sakit, studio film, museum seni, rumah jompo, gereja, shelter gelandangan, showroom arsitek hingga kantor pemerintahan.
Salah satu tempat yang terkenal adalah Gereja Notre Dame di Ile de La Cite yang terletak di Pulau ditengah-tengah Sungai Seine. Ada juga Museum Lauvre yang berada disepadan Sungai Seine dan tentunya Menara Eiffel.
Museum Lauvre adalah museum dan pusat gallery nasional Perancis. Menyimpan berbagai karya seni, benda arkeolog dan benda-benda sejarah lainnya dari zaman kuno hingga abad ke 19. Beberapa mahakarya yang tersimpan disini adalah lukisan Monalisa karya Leonarda da Vinci dan berbagai karya pelukis Baroque Period.;
Sepasang kekasihs di depan Piramid Lauvre yang merupakan akses utama masuk museum. Struktur bangunan terdiri dari baja yang dilapisi kaca yang terletak di halaman utama Lauvre atau dikenal juga dengan Taman Napoleon. Arsitek keturunan Amerika – China bernama IM Pei dipercaya mendesain bangunan ini pada tahun 1983 dan selesai dibangun serta dibuka untuk umum pada tahun 1989. ;
Dupilkat patung perunggu Le Messager, merupakan karya Orsip Zadkine (1898 – 1967). Aslinya terbuat dari kayu dan dipajang saat Paris International Exhibition pada tahun 1937;
Patung Perunggu Thomas Jefferson, merupakan seorang diplomat Amerika Serikat yang bertugas di Paris pada tahun 1784 -1789. Dia memainkan peran penting dalam mendukung revolusi Perancis. Patung ini diresmikan pada tanggal 4 Juli 2006 saat ulang tahun Amerika Serikat ke 230.
Berlokasi pada 37 Quai d’Orsey telah dugunakan sejak tahun 1547 sebagai kantor Sekretaris Mononarki Perancis hingga Kantor Kementerian Luar Negeri dan Eropa sampai saat ini.
Bertransformasi
Diawal abad ke 19, Sungai Seine adalah sumber wabah menular akibat menumpuknya limbah rumah tangga.
Pada tahun 1853, pejabat pengelola Sungai Seine Baron Georges – Eugene Haussmann memulai transformasi penataan Kota Paris termasuk bantaran Sungai Seine. Kawasan membentang antara Pont’ d’lena dekat Menara Eiffel kearah barat Pont de Sully hingga arah timur di Notre Dame.
Mereka membangun jalan dan jembatan beton yang menghubungan kedua sisi sungai. Menghancurkan ribuan rumah-rumah tua dan membuat pendestrian serta menanam pohon sebagai kanopi hijau sepanjang jalan. Debit air sungai juga diatur melalui pembangunan bendungan diluar kota.
Setelah lebih dari 100 tahun kemudian, kerja keras mereka mendapat penghargaan internasional. Tepatnya tahun 1991 kawasan ini dinobatkan sebagai situs budaya warisan dunia UNESCO .
Pendestrian di sepadan kanan Sungai Seine. Panjangnya mencapai 2 mil, antara Taman Tuileveis hingga Bastile. Pembangunan area pejalanan kaki dilengkapi dengan kanopi alami merupakan salah upaya pemerintah Kota Paris untuk menjadikan ibu Kota Perancis ini menjadi kota hijau di Eropa.
Gembok Cinta. Telah menjadi tradisi bagi pasangan yang berkunjung ke Paris untuk mengabadikan cinta mereka. Ungkapan tersebut disimbolkan dalam bentuk gembok cinta yang dikaitan di Pagar Pont de I’Archeveche . Kebiasan ini dimulai sejak tahun 2000 an, namun saat ini menjadi masalah baru karena dapat merusak pagar jembatan akibat banyaknya gembok yang dikaitkan.